Senin, 27 Juni 2011

Mangkuk Cantik, Madu Manis, dan Sehelai Rambut

Rasulullah SAW, dengan sahabat-sahabatnya Abakar r.a., Umar r.a., Utsman r.a., dan 'Ali r.a., bertamu ke rumah Ali r.a. Di rumah Ali r.a. istrinya Sayidatina Fathimah r.ha, putri Rasulullah SAW, menghidangkan untuk mereka madu yang diletakkan di dalam sebuah mangkuk yang cantik, dan ketika semangkuk madu itu dihidangkan sehelai rambut terikut di dalam mangkuk itu. Baginda Rasulullah SAW kemudian meminta kesemua sahabatnya untuk membuat suatu perbandingan terhadap ketiga benda tersebut (Mangkuk yang cantik, madu, dan sehelai rambut).


Abubakar r.a. berkata, "iman itu lebih cantik dari mangkuk yang cantik ini, orang yang beriman itu lebih manis dari madu, dan mempertahankan iman itu lebih susah dari meniti sehelai rambut".


Umar r.a. berkata, "kerajaan itu lebih cantik dari mangkuk yang cantik ini, seorang raja itu lebih manis dari madu, dan memerintah dengan adil itu lebih sulit dari meniti sehelai rambut".


Utsman r.a. berkata, "ilmu itu lebih cantik dari mangkuk yang cantik ini, orang yang menuntut ilmu itu lebih manis dari madu, dan ber'amal dengan ilmu yang dimiliki itu lebih sulit dari meniti sehelai rambut".


'Ali r.a. berkata, "tamu itu lebih cantik dari mangkuk yang cantik ini, menjamu tamu itu lebih manis dari madu, dan membuat tamu senang sampai kembali pulang ke rumanya adalah lebih sulit dari meniti sehelai rambut".


Fatimah r.ha.berkata, "seorang wanita itu lebih cantik dari sebuah mangkuk yang cantik, wanita yang ber-purdah itu lebih manis dari madu, dan mendapatkan seorang wanita yang tak pernah dilihat orang lain kecuali muhrimnya lebih sulit dari meniti sehelai rambut".


Rasulullah SAW berkata, "seorang yang mendapat taufiq untuk ber'amal adalah lebih cantik dari mangkuk yang cantik ini, ber'amal dengan 'amal yang baik itu lebih manis dari madu, dan berbuat 'amal dengan ikhlas adalah lebih sulit dari meniti sehelai rambut".


Malaikat Jibril AS berkata, "menegakkan pilar-pilar agama itu lebih cantik dari sebuah mangkuk yang cantik, menyerahkan diri; harta; dan waktu untuk usaha agama lebih manis dari madu, dan mempertahankan usaha agama sampai akhir hayat lebih sulit dari meniti sehelai rambut".

Allah SWT berfirman, " Sorga-Ku itu lebih cantik dari mangkuk yang cantik itu, nikmat sorga-Ku itu lebih manis dari madu, dan jalan menuju sorga-Ku adalah lebih sulit dari meniti sehelai rambut".

Do'a Seorang Ikhwan

Ya AllahSang Pemilik Cinta, Yang Maha Mencinta, Yang Maha Menguasai Hati

Hamba berdo’a untuk seorang Akhwat
Yang menjadi bagian dalam hidup hamba kelak
Seorang Akhwat yang Engkau jaga Untukku saat ini . . .
Seorang Akhwat yang sungguh mencintai-Mu, lebih dari segala sesuatu di dunia ini
Seorang Akhwat yang akan meletakkanku pada posisi ketiga, setelah Engkau dan Rasul-Mu
Seorang Akhwat yang hidup tak hanya untuk dirinya sendiri, tetapi untuk-Mu
Seorang Akhwat yang hidup tak hanya untuk dunia fana ini, tetapi untuk kehidupan yang abadi
Seorang Akhwat yang kelak aku bimbing bersama diriku pada-Mu
Seorang Akhwat yang dari hatinya terpancar sinar Keridhaan-Mu . . .
Seorang Akhwat yang Engkau Ridhai untukku, Ya Allah . . .

Ya Allah, ini sepenggal do’a hamba untuk seorang Akhwat yang akan engkau berikan kepada diri ini kelak andai saatnya tiba. Jagalah diriku untuknya dan jagalah dirinya untukku, Ya Allah . . . 

Aku Berjalan

aku berjalan
menatapkan pandangan ke depan
ku hentikan langkahku, ku menoleh ke belakang
berharap dia akan datang
tapi tak ada tanda-tanda dia akan datang

ku lanjutkan kembali perjalananku
tapi di saat itu dia datang dari arah belakang melewati ku begitu saja
aku kecolongan

aku berjalan
menatapkan pandangan ke depan
ku hentikan langkahku, ku menoleh ke belakang
berharap dia akan datang tanpa kecolongan
tapi tak ada tanda-tanda dia akan datang

ku lanjutkan kembali perjalananku
tapi di saat itu dia datang lagi dari arah belakang melewati ku begitu saja
aku kecolongan lagi

hmm...
aku tak ingin kecolongan untuk ketiga kalinya
ku hentikan langkahku
ku amati, ku tunggu dia
berharap tidak kecolongan lagi

lama menunggu membuatku jenuh

aku berjalan
menatapkan pandangan ke depan
ku hentikan langkahku, ku menoleh ke belakang
berharap dia akan datang
tapi tak ada tanda-tanda dia akan datang

ku lanjutkan kembali perjalananku
tapi di saat itu dia datang lagi dari arah belakang melewati ku begitu saja
aku kecolongan lagi

hmm...
aku harus lebih bersabar menunggu
dengan tenang ku amati tanda-tanda dia datang
tampak lah di dari kejauhan
menghampiriku
aku tak kecolongan lagi

Abu Nawas: Si Pembohong dan Si Jujur

suatu hari, abu nawas diajak oleh teman-temannya pergi ke sebuah hutan yang konon sangat indah. dengan senang hati abu nawas pun menerima ajakan tersebut. sesampainya di tengah jalan, mereka dihadapkan oleh persimpangan. jalan yang akan mereka lewati bercabang ke kanan dan ke kiri. salah satu dari jalan tersebut mengarah ke hutan yang sangat indah, dan yang satunya lagi mengarah ke hutan belantara yang dipenuhi binatang buas.

tak jauh dari persimpangan tersebut ada sebuah rumah yang dihuni oleh dua orang saudara kembar yang tak dapat dibedakan sama sekali. mereka tau ke arah mana jalan yang menuju ke hutan yang indah atau jalan ke hutan belantara. akan tetapi, dua saudara kembar tersebut yang satu suka berbohong dan yang satu lagi berkata jujur. setiap orang yang tersesat boleh bertanya kepada saudara kembar tersebut, tetapi hanya diberi kesempatan satu pertanyaan dan hanya boleh bertemu salah satu dari saudara kembar tersebut. entah akan bertemu dengan yang berkata bohong atau yang berkata jujur. jika bertemu dengan yang berkata jujur, maka beruntunglah ia. tetapi jika bertemu dengan yang berkata bohong, maka naaslah dia karena bisa mendapatkan jawaban yang salah.

abu nawas pun dipercaya oleh teman-temannya untuk pergi bertanya. setelah bertanya, abu nawas kembali ke teman-temannya dan berkata "hutan yang kita tuju je arah kanan". teman-temannya pun heran bagaimana abu nawas yakin dengan omongannya, padahal ia tidak tau apakah si pembohong atau si jujur yang ia temui di rumah tersebut. abu nawas pun menjelaskan kepada teman-temanya. ketika saya bertemu salah satu dari dua saudara kembar di rumah tersebut, yang saya tidak tau si pembohong atau si jujur yang aku hadapi, aku bertanya "jika aku bertanya kepada saudaramu ke arah mana jalan menuju hutan yang indah, ke arah mana yang akan ia beri tau. setelah itu dia menjawab ke arah kiri, jadi jalan yang benar ke hutan yang indah adalah ke arah kanan".