Rabu, 28 Maret 2012

Cerita yang baru dimulai

Ketika dilahirkan setiap orang tak akan ingat apa yang terjadi tentang kelahirannya saat itu. Bagaimana bisa ingat, karena ketika dilahirkan kita tidak dapat melihat keadaan sekitar, mata kita masih buta. Tentu saya pun tidak ingat bagaimana kelahiran saya. Kalau pun saat ini saya tahu bagaimana kelahiran saya, hal ini berkat orang-orang yang menyaksikan kelahiran saya. Mereka menceritakan segala kejadian yang terjadi di saat saya dilahirkan.
Tak ada sesuatu yang spesial dari kelahiran saya. ketika ibu saya sudah merasakan akan melahirkan, ayah saya dan keluarga (kakek dan nenek) membawanya ke bidan desa. Namun, melihat kondisi ibu saya saat itu yang akan melahirkan, bidan desa tidak mampu dan tidak berani, hal ini dikarenakan ibu saya mempunyai penyakit lemah jantung. Atas saran bidan desa, ayah saya dan keluarga membawa ibu saya ke rumah sakit. Sekitar jam delapan malam ibu sampai di rumah sakit. Ibu saya sudah merasakan jika bayi dalam kandungannya akan segera keluar, namun hal tersebut tak kunjung tiba hingga beberapa jam setelah ibu sampai di rumah sakit. Perasaan khawatir menghantui ayah dan keluarga saya, karena ini adalah kelahiran anak pertama sekaligus kelahiran cucu pertama. Di saat rasa khawatir ayah saya memuncak, beliau pergi menemui seorang kiai. Beliau bertanya kepada kiai tersebut apa yang mesti dilakukan. Sang kiai meminta ayah saya untuk bersabar dan berdo’a, karena setelah turun hujan saya akan lahir. Akan tetapi, saat itu adalah bulan mei, bulan di saat musim kemarau. Kemungkinan untuk turun hujan secara akal pun sangat kecil bahkan sangat tidak mungkin. Namun ayah saya tetap berdo’a di mushola rumah sakit, tepat jam 12 malam lebih hujan pun turun. Dengan rahmat Allah, jam 12.40, pada bulan mei 1993 saya pun lahir setelah hujan reda. Allah memang maha kuasa atas segalanya.